“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah apa-apa yang ada pada diri mereka.” (QS. 13 : 11) |
APA
YANG SALAH DENGAN NEGERI INI ?
Pertanyaan
diatas kadang muncul dalam pikiran kita, melihat dekadensi moral yang melanda
tidak hanya anak muda para generasi penerus bangsa ini. Tapi juga para orang tua, bahkan para
pemimpin negeri. Korupsi makin menjadi,
kenakalan remaja dan tawuran pelajar kian ramai, pornografi, narkoba,
pengangguran seperti tumbuhnya jamur dimusim penghujan yang semakin bersemi.
Sumber
daya alam kita berlimpah. Namun
kemiskinan, kesenjangan sosial semakin tampak dan meningkat. Jadi, apa yang salah dengan negeri kita ini?
Jawabannya mungkin adalah diri kita sendiri.
Negeri kita ini adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar,
bahkan berada diurutan ke-4 setelah India dan Amerika Serikat (Sumber). Seharusnya tingkat sumber daya manusia Indonesia
dilihat dari jumlah penduduknya yang besar, bisa berada diposisi atas, minimal
masuk 10 besar. Namun ternyata sumber
daya manusia negeri ini berada diposisi 108 dari 152 negara.
Dan
ternyata, ketersediaan sumber daya alam yang berlimpah, tidak menjamin Negara
itu bisa kaya. Lihatlah Jepang,
mempunyai area yang sangat terbatas.
Bahkan 80% daratannya berupa pegunungan hal itu tidak akan cukup untuk
meningkatkan pertanian dan peternakan.
Tetapi, saat ini Jepang menjadi negara raksasa ekonomi nomor 3
di dunia (Sumber). Jepang laksana suatu negara
“Industri Terapung” yang mengimpor bahan baku dalam jumlah besar dari semua negara, yang kemudian mereka olah lalu mengekspor hasil jadinya. Swiss, adalah negara pembuat coklat terbaik
didunia padahal mereka tidak memiliki perkebunan coklat, bahkan daratannya hanya 11% yang bisa
ditanami. Selain itu Swiss juga menjadi negara pengolah susu terbaik didunia.
Dalam bidang perbankan, bank-bank Swiss menjadi pilihan utama para
pengusaha dan orang-orang kaya di dunia, padahal reputasi keamanan, integritas
dan ketertiban belum memiliki reputasi yang cukup.
Menurut
para eksekutif dari negara-negara maju yang sering berkomunikasi dengan rekan
mereka dari negara-negara terbelakang, sependapat bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada kecerdasan intelegensia.
Bahkan ras dan warna kulit
bukanlah termasuk faktor penting yang mempengaruhi tingkat intelegensia
mereka.
Para
imigran di negara-negara maju dan berkembang yang di negara asal mereka, mereka
adalah orang yang dianggap pemalas, bahkan mampu menjadi sumber daya yang
produktif. Lalu apa yang membedakannya?
Perbedaannya adalah sikap dan perilaku masyarakatnya yang telah dibentuk
sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.
Berdasarkan
analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata mayoritas penduduknya
sehari-harinya mengikuti dan mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan, yaitu:
- Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari (di negeri kita, sesuai dengan sila 1 dan 2 dari Pancasila).
- Kejujuran dan integritas (sesuai dengan kandungan sila 1,2 dan 5 dari Pancasila),
- Bertanggung jawab (sesuai dengan kandungan sila 1,2 dan 3 Pancasila).
- Hormat pada aturan dan hukum masyarakat (sesuai kandungan sila 2,3,4 dan 5 dari Pancasila).
- Hormat kepada hak orang lain (sesuai dengan kandungan sila 1,2,3,4,5 Pancasila).
- Cinta kepada pekerjaan (sesuai dengan kandungan sila 2 dan 4 Pancasila).
- Berusaha keras untuk menabung dan investasi (sesuai dengan kandungan sila 1,2 dan 5 Pancasila).
- Mau bekerja keras (sesuai dengan kandungan sila 1,2 dan 5 Pancasila).
- Tepat waktu (sesuai dengan kandungan sila 1 Pancasila).
Di negara-negara
terbelakang atau miskin dan berkembang, hanya sebagian kecil masyarakatnya yang
mematuhi aturan dan prinsip-prinsip dasar kehidupan tersebut.
SAATNYA
UNTUK BERUBAH !
Semua
prinsip-prinsip dasar kehidupan yang dipatuhi dan dijalankan oleh masyarakat negara-negara maju, kalau kita bandingkan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, jelas lebih jauh dan dalam.
Apalagi jika dibandingkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran-ajaran agama yang diakui di negara kita ini, mari kita lakukan gerakan perubahan ke arah yang lebih baik guna kemajuan negeri ini.
Dengan
kedalaman makna serta filosofi dari nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran
agama dan sila-sila dalam Pancasila, sangatlah rugi kalau kita tidak
mengimplementasi-kannya kedalam kehidupan kita dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Sudah saatnya untuk kita
introspeksi diri dan melakukan perubahan dari diri kita sendiri.
Sebab,
kita tidak miskin atau terbelakang karena umur negara kita, intelegensia,
kurang sumber daya alam, atau alam yang kejam pada kita. Tapi kita terbelakang, lemah dan miskin
disebabkan karena perilaku kita yang kurang baik. Kita tidak memiliki kemauan yang kuat untuk
mematuhi dan mengajarkan prinsip-prinsip dasar kehidupan yang memungkinkan
masyarakat kita pantas untuk membangun masyarakat, ekonomi dan negara.
Dengan
melakukan gerakan perubahan ke arah yang lebih baik mulai dari diri kita sendiri dari hal-hal yang paling kecil, berarti kita
juga mulai merubah negeri yang kita cintai ini.
Jangan katakan kalau anda mencintai negeri ini, atau peduli pada negeri
ini kalau anda tidak mau merubah diri anda sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.