Pelatihan NAC Pertanian


1.  PENDAHULUAN

Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Banyak contoh negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya. Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai pertahanan musuh. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu bangsa akan sulit lepas dari cengkraman penjajah/musuh. Dengan demikian upaya untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai bagian yang mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi. 

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 259.940.857 jiwa. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia. Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan produksi pangan justru menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri yang terus menurun. Sudah pasti jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan dengan kesenjangan semakin melebar. Krisis PANGAN  ditandai adanya ketimpangan antara kebutuhan manusia akan pangan dengan daya dukung dan ketersedian bahan pangan. Dari data statistik dapat dilihat bahwa terjadi ketimpangan laju pertumbuhan penduduk (1,49%) dengan laju pertumbuhan bahan pangan (0,3%) kondisi akan memicu defisit kebutuhan pangan yang diperkirakan pada tahun 2025 sebesar 70 juta ton, desfisit tersebut akan semakin membesar pada kondisi tekanan iklim akibat pemanasan global.

Masalah yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan pangan terutama beras adalah ”pengusaan stok fisik” untuk dapat mengendalikan distribusi, Stabilitas Harga dan  kedaulatan Pangan. KLASTER INDUSTRI PERTANIAN TERPADU merupakan PROGRAM PENGELOLAAN PENGADAAN BAHAN PANGAN (BERAS) secara holistik, yang mengitegrasikan komponen suport system yaitu;

  1. Pelatihan dan pendampingan (Training-Mentoring)
  2. Budidaya tanaman terpadu (Integrated Farming)
  3. Paska panen (Processing)
  4. Pemasaran (Marketing)
  5. Lembaga Keungan Mikro
  6. Mobile Information System.
2.  TUJUAN
  1. Transformasi petani menjadi pengusaha pertanian
  2. Pengusaan stok fisik bahan pangan
  3. Perubahan mindset  berwawasan ekologis
3. SASARAN
  1. Meningkatkan Kesejahteraan dan Kemandirian Petani
  2. Pengendalian  Distribusi , Stabilitas Harga dan  kedaulatan Pangan 
  3. Tersedianya Bahan Pangan sehat dan Menyehatkan, Serta Berkelanjutan 
4. INDIKATOR KEBERHASILAN
  1. Terbentuknya fasilitas klaster Industri Pertanian terpadu di seluruh kabupaten/kota di Indonesia
  2. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola pengelola Klaster IPT, Gapoktan, Pendamping dan Petani. 
  3. Meningkatnya kemampuan pelayanan kepada petani terhadap akses teknologi, informasi,  sumber  keuangan, penanganan paska panen, dan pemasaran
  4.  Meningkatnya efisiensi dan produktifitas pertanian yang berkelanjutan
  5. Tersedianya TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI yang dapat mengkonsolidasikan rantai pasok (saprodi-budidaya-pasca panen-pemasaran-lembaga keuangan)dan pendataan yang realtime ; luasan, komuditas, lokasi produksi bahan pangan dan sarana produksi (by name by adress)
  6. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di pedesaan. 
  7. Tersedianya stok fisik bahan pangan (beras) yang dapat dikendalikan oleh pemerintah 
      • Potensi Sumber Daya Tanah dan Iklim Secara fisiografis, hampir sebagian besar pulau utama Indonesia memiliki gunung berapi. Kondisi ini memungkinkan beberapa bagian wilayah Indonesia memiliki tanah yang relatif kaya akan unsur hara. Lahan persawahan di Indonesia 13 juta ha dan teradapat sekitar 75.000 ha lahan kering potensial untuk perluasan areal tanaman baru. 
      • Menurut data stastistik jumlah angkatan tenaga kerja Indonesia sampai agustus 2012 mencapai 117,4 juta orang, Dari jumlah tersebut pekerja pada jenjang SD mondominasi yaitu sebesar 55,5 juta orang (49,21 persen), sedangkan yang berpendidikan dopoloma 3,1 juta (2,77 persen), dan dengan pendidikan universitas sebesar 7,2 juta orang (6,43 persen). Melihat sebaran anggakatan kerja Indonesia maka sektor pertanian menjadi yang paling cocok yang sifatnya padat karya dan punya kultur masyarakat agraris.
      • PELATIHAN PERUBAHAN MINDSET DAN CULTURE SET DENGAN NAC POLRI dikembangkan oleh Kombes Pol Drs Srijono Msi. Di lingkungan Polri pelatihan perubahan mindset dikebangkan sejak tahun 2005 hingga saat ini telah menyentuh sekitar 20.000 personil Polri dan 40 Tim Trainer (400 personil), telah dirasakan manfaatnya dan diharapkan bisa mendukung percepatan perubahan budaya Polri. 
      • Dari laporan yang diterima dan hasil pantauan di lapangan menunjukkan bahwa para Trainer pelatihan perubahan mindset dan culture set hasil TOT dimaksud telah berhasil menggulirkan pelatihannya kepada peserta didik Sekolah Alih Golongan (SAG) TA 2011 di SPN-SPN dan personil tertentu di Polda-Polda dan peserta didik pada Lemdik-Lemdik Polri sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebijakan Pimpina Polda dan Lemdik. Hal ini juga tampak pada visualisasi pelaksanaan reformasi birokrasi Polri yang diselenggarakan di STIK-PTIK bulan Juni 2012.
      • Umpan balik secara langsung dari setiap peserta menunjukkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan dapat mendukung percepatan perubahan budaya Polri dan budaya masyarakat.
      • Secara kuantitatif pelatihan dapat diukur melalui peserta dalam meningkatkan semangat, motivasi dan percaya diri untuk mencapai cita-cita yang paling sulit dicapai, minimal 100 % untuk paket pelatihan sehari dan 250 % dalam program pelatihan 2 hari.
      • Apabila pelatihan ini dikembangkan dengan baik akan dapat menggerakkan gelombang perubahan bangsa Indonesia menuju kondisi yang lebih baik melalui institusi Polri. 
      • Tekad dan semangat mengembangkan secara luas menjadi gerakan nasional sebagai pengabdian tertinggi Tim Kreatif Polri dalam mendukung percepatan perubahan budaya bangsa dimulai dari institusi Polri dengan mengembangkan konsep dan metodologi pelatihan ini memerlukan dukungan dari semua pihak.
      • Setelah melakukan beberapa kali pelatihan bersama SAPA, berdasarkan evaluasi dan memperhatikan masukan dari berbagai pihak, maka sebagai wujud kepedulian terhadap upaya ketahanan pangan, dibentuklah sebuah paket pelatihan dengan nama “PELATIHAN PERUBAHAN MINDSET DAN AGRO ENTREPRENEURSHIP MENUJU KEDAULATAN PANGAN INDONESIA”.
    4. MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud dari penyusunan PELATIHAN PERUBAHAN MINDSET DAN AGRO ENTREPRENEURSHIP MENUJU KEDAULATAN PANGAN INDONESIA dengan NAC Polri ini adalah menjadi salah satu acuan bagi para Trainer dalam menggulirkan pelatihan baik dalam rangka mendukung percepatan perubahan budaya Polri maupun perpolisian masyarakat (community policing). Adapun tujuannya adalah :
    1. Merubah paradigma dan kepedulian generasi muda terhadap ketahanan pangan Indonesia
    2. Mendorong kewirausahaan pengadaan bahan pangan
    3. Merubah sikap berani mengambil keputusan dan daya juang peserta
    4. Menyiapkan calon pengelola klaster industri pertanian terpadu di daerah sentra
    5. Membangun jejaring usaha dibidang pengadaan bahan pangan
    5. RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup dari PELATIHAN PERUBAHAN MINDSET DAN AGRO ENTREPRENEURSHIP MENUJU KEDAULATAN PANGAN INDONESIA dengan NAC Polri ini meliputi desain pelatihan, paparan materi, lagu dan video clip serta cerita inspirasi dari semua materi utama termasuk rangkain pembukaan dan penutupan serta pengaturan waktu istirahat dari mmateri pendukung yang disusun sedemikian rupa untuk mendukung efektifitas pelatihan.

    6. PENYELENGGARA

    Kegiatan ini Terselenggara berkat kerjasama dengan:
    1. SAPA (Sentra Pelayanan Agri Bisnis)
    2. SAMSUNG
    3. Google Indonesia
    4. Yayasan Best Foundation
    5. Fakultas Pertanian UNSOED

    Blogroll